KECENDERUNGAN
GLOBAL DAN REGIONAL DALAM PEMANFAATAN TEKNOLOGI KOMUNIKASI DAN INFORMASI UNTUK
PENDIDIKAN
I. PENDAHULUAN
Global menurut kamus bahasa
Indonesia artinya adalah meliputi seluruh dunia. Tidak ada satu wilayah pun
yang dapat menghindari dari kecenderungan perubahan yang bersifat global, dan
dengan segala problem serta tantangan- tantangan yang menyertainya. Perubahan
yang bersifat global yang begitu cepat menuntut kepekaan organisasi dalam
merespon perubahan yang terjadi agar tetap exist dalam kancah persaingan
global. Dunia pendidikan juga harus mengantisipasi kecenderungan-kecenderungan
global yang akan terjadi. Sebelum kita memasuki kecenderungan tersebut, mari
kita simak beberapa pengertian dari pada teknologi informasi menurut beberapa
ahli, antara lain :
Haag & Keen (1996)
Seperangkat alat yang membantu Anda bekerja dengan
informasi dan melakukan tugas-tugas yang berhubungan dengan pemrosesan
informasi .
Martin (1999)
Tidak hanya terbatas pada teknologi komputer
(perangkat keras dan perangkat lunak) yang digunakan untuk memroses dan
menyimpan informasi, namun juga mencakup teknologi komunikasi untuk mengirimkan
informasi.
Williams & Sawyer (2003)
Teknologi yang menggabungkan komputasi (komputer
dengan jalur komunikasi berkecepatan tinggi yang membawa data, suara
dan video) Teknologi informasi adalah gabungan antara teknologi komputer
dan teknologi komunikasi.
Jadi dapat kita simpulkan bahwa
Teknologi Informasi adalah suatu Teknologi yang gunakan untuk mengolah data,
termasuk memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan, memanipulasi data
dalam berbagi cara untuk menghasilkan informasi yang berkualitas, yaitu
informasi yang relevan, akurat dan tepat waktu, yang digunakan untuk
keperluan pribadi, bisnis, pendidikan dan pemerintahan dan merupakan informasi
yang strategis untuk pengambilan keputusan.
II. KECENDERUNGAN GLOBAL DAN REGIONAL DALAM TEKNOLOGI
INFORMASI DAN KOMUNIKASI
Beberapa kecenderungan global yang perlu untuk
diantisipasi oleh dunia pendidikan antara lain adalah:
Pertama
Proses investasi dan re-investasi yang terjadi di
dunia industri berlangsung sangat cepat, menyebabkan terjadinya
perubahan-perubahan yang sangat cepat pula pada organisasi kerja, struktur
pekerjaan, struktur jabatan dan kualifikasi tenaga kerja yang dibutuhkan.
Kedua
Perkembangan industri, komunikasi dan informasi yang
semakin cepat akan melahirkan “knowledge worker” yang semakin besar jumlahnya.
Knowledge worker ini adalah pekerjaan yang berkaitan erat dengan information
processing.
Ketiga
Berkaitan dengan dua kecenderungan di atas, maka
muncul kecenderungan bahwa pendidikan bergeser dari ide back to basic ke arah
ide forward to future , yang mengandalkan pada peningkatan kemampuan TLC (how
to think, how to learn and how to create). How to think menekankan pada
pengembangan berfikir kritis, how to learn menekankan pada kemampuan untuk bisa
secara terus menerus dan mandiri menguasai dan mengolah informasi, dan how to
create menekankan pada pengembangan kemampuan untuk dapat memecahkan berbagai
problem yang berbeda-beda.
Keempat
Berkembangnya school based management, seiring dengan
itu, kreatifitas guru, maka akan bermunculan diberbagai bentuk praktek
pendidikan yang berbeda satu dengan yang lain, yang kesemuanya menuju
pendidikan yang produktif, efisien, relevan dan berkualitas.
Kelima
Semua bangsa akan menghadapi krisis demi krisis yang
tidak hanya dapat dianalisis dengan metode sebab-akibat yang sederhana, tetapi
memerlukan analisis system yang saling bergantungan.
Kecenderungan-kecenderungan tersebut
di atas menuntut kuaIitas sumber daya manusia yang produktif, kreatif dan
berkualitas untuk menghadai perkembangan yang terjadi dewasa ini.
III. PERANAN TEKNOLOGI INFORMASI DALAM DUNIA
PENDIDIKAN
Globalisasi telah memicu
kecenderungan pergeseran dalam dunia pendidikan dari pendidikan tatap muka yang
konvensional ke arah pendidikan yang lebih terbuka (Mukhopadhyay M., 1995).
Sebagai contoh kita melihat di Perancis proyek "Flexible Learning".
Hal ini mengingatkan pada ramalan Ivan Illich awal tahun 70-an tentang
"Pendidikan tanpa sekolah (Deschooling Socieiy)" yang secara
ekstrimnya guru tidak lagi diperlukan.
•Bishop G(1989)
meramalkan bahwa pendidikan masa mendatang akan
bersifat luwes (fleksible), terbuka, dan dapat diakses oleh siapapun juga yang
memerlukan tanpa pandang faktor jenis , usia maupun pengalaman pendidikan
sebelumnya.
•Mason R. (1994)
berpendapat bahwa pendidikan mendatang akan lebih
ditentukan oleh "Jaringan informasi yang memungkinkan berinteraksi dan
berkolaborasi, bukannya gedung sekolah. Namun, teknologi tetap akan memperlebar
jurang antara di kaya dan si miskin.
•Tony Bates (1995)
menyatakan bahwa teknologi dapat meningkatkan kualitas
dan jangkauan bila digunakan secara bijak untuk pendidikan dan latihan, dan
mempunyai arti yang sangat penting bagi kesejahteraan ekonomi.
•Alisjahbana I. (1966)
mengemukakan bahwa pendekatan pendidikan dan pelatihan
nantinya akan bersifat "Saat itu juga (Just on Time)". Teknik
pengajaran baru akan bersifat dua arah, kolaboratif, dan interdisipIiner
Dari ramalan dan pandangan para
cendikiawan di atas dapat disimpulkan bahwa dengan masuknya pengaruh
globalisasi, pendidikan masa mendatang akan lebih bersifat terbuka dan
dua arah, beragam, multidisipliner, serta terkait pada produktivitas
kerja "saat itu juga” dan kompetitif.
Berkembangnya pendidikan terbuka
dengan modus belajar jarak jauh (Distance Learning), yang memungkinkan
untuk diadakan belajar jarak jauh dengan menggunakan media internet untuk
menghubungkan antara mahasiswa dengan dosennya, melihat nilai mahasiswa secara
online, mengecek keuangan, melihat jadwal kuliah, mengirimkan berkas tugas yang
diberikan dosen dan sebagainya, semuanya itu sudah dapat dilakukan.
Kemudahan untuk menyelenggarakan
pendidikan terbuka dan jarak jauh dimasukan sebagai strategi utama
penyelenggaraan pendidikan.
Sharing resource bersama antar
lembaga pendidikan / latihan dalam sebuah jaringan, akan lebih mudah dan cepat
dilakukan.
Instrumen pendidikan (seperti: guru,
laboratorium) berubah fungsi menjadi sumber informasi daripada sekedar rak
buku.
Penggunaan perangkat teknologi
informasi interaktif (seperti: CD-ROM Multimedia dan internet), dalam
pendidikan secara bertahap akan menggantikan penggunaan TV dan Audio - Video.
Pendidikan jarak jauh telah
merupakan alternatife pendidikan yang cukup digemari. Metode pendidikan ini
diikuti oleh para mahasiswa, karyawan, eksekutif, bahkan ibu rumah tangga dan
orang lanjut usia (pensiunan). Beberapa tahun yang lalu pertukaran materi dilakukan
dengan surat menyurat atau dilengkapi dengan materi audio dan video.
Saat ini hampir seluruh program
distance learning di Amerika, Australia dan Eropa dapat juga diakses melalui
internet. Studi yang dilakukan oleh Amerika, sangat mendukung dikembangkannya
e-learning, menyatakan bahwa komputer based learning sangat efektif,
memungkinkan 30% pendidikan lebih baik, 40% waktu lebih singkat, dan 30% biaya
lebih murah. Bank Dunia (World bank) pada tahun 1997 telah mengumumkan program
Global Distance Learning Network (GDLN) yang memiliki mitra sebanyak 80 negara
di dunia. Melalui GDLN ini maka World Bank dapat memberikan e-learning kepada
mahasiswa 5 kali lebih banyak (dari 30 menjadi 150 mahasiswa) dengan biaya 31%
lebih murah.
IV. TANTANGAN DUNIA PENDIDIKAN DI INDONESIA
Tantangan utama dunia pendidikan
Indonesia dewasa ini dan di masa depan adalah kemampuan untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Dalam kaitan ini menarik untuk
dikaji bagaimana kualitas pendidikan kita dan upaya apa yang dapat dilakukan
untuk meningkatkan kualitas pendidikan sehingga bisa menghasilkan sumber daya
manusia yang lebih berkualitas sebagaimana diharapkan, agar bangsa Indonesia
menjadi bangsa yang produktif, efisien, dan memiliki kepercayaan yang kuat
sehingga mampu bersaing dengan bangsa-bangsa lain dalam hidupan global ini.
Sejarah perkembangan ekonomi di
banyak negara industri telah membuktikan pentingnya peran kualitas sumberdaya
manusia dalam pembangunan. Berdasarkan data tersebut telah muncul strategi pembangunan
yang dikenal dengan istilah human reseources based economic development, yang
telah dipraktekkan dan mengantar negara-negara, seperti Taiwan, Korea Selatan,
Singapore menjadi negara-negara industri baru.
V. PENDIDIKAN BERWAWASAN GLOBAL
Pendidikan memiliki keterkaitan erat
dengan globalisasi. Pendidikan tidak mungkin menisbikan proses globalisasi yang
akan mewujudkan masyarakat global ini. Dalam menuju era
globalisasi, Indonesia harus melakukan reformasi dalam proses pendidikan, dengan
tekanan menciptakan sistem pendidikan yang lebih komprehensif dan fleksibel,
sehingga para lulusan dapat berfungsi secara efektif dalam kehidupan masyarakat
global demokratis. Untuk itu, pendidikan harus dirancang sedemikian rupa yang
memungkinkan para peserta didik mengembangkan potensi yang miliki secara alami
dan kreatif, dalam suasana penuh kebebasan, kebersamaan dan tanggung jawab.
Di samping itu, pendidikan harus
menghasilkan lulusan yang dapat memahami masyarakatnya dengan segala faktor
yang dapat mendukung mencapai sukses ataupun penghalang yang menyebabkan
kegagalan dalam kehidupan bermasyarakat. Salah satu altematif yang dapat
dilakukan adalah mengembangkan pendidikan yang berwawasan global.
Pendidikan yang berwajah Indonesia.
Dimulai dari pembahasan tentang suatu penyataan hipotetis bahwa berbagai
persoalan dimasyarakat seperti pengangguran, tidak dapat dilepaskan dari
keberadaan sistem pendidikan yang tidak pas dengan budaya lndonesia. Untuk
menemukan pendidikan yang berakar budaya bangsa perlu dilaksanakan penajaman
penelitian pendidikan. Namun dalam mencari pendidikan yang berakar pada
budaya bangsa tidak berarti bahwa pendidikan harus bersifat eksklusif. Hal ini
bertentangan dengan realitas globalisasi. Oleh karena itu, pencarian pendidikan
yang berakar pada budaya bangsa harus pula memahami globalisasi yang dapat
dikaji berdasarakan perspektif kurikuler dan perspektif reformasi (akan
dibahas pada bab ini).
Tantangan yang mendasar adalah
bagaimana dapat melakukan reformasi pendidikan yang pada akhirnya dapat
mempengaruhi level kelas. Sejalan dengan upaya menemukan pendidikan yang
berwajah Indonesia yang bermutu, kemampuan guru, kemauan guru dan kesejahteraan
guru mutlak harus ditingkatkan. Upaya ini, jelas, bukan-hal-yang mudah tetapi
sekaligus menantang. Sebab, guru di masa depan akan menghadapi
persoalan-persoalan yang berbeda dengan di masa sekarang. Sosok guru di masa
depan harus mulai dipikirkan. Pada prinsipnya tugas guru adalah
mengimplementasikan kurikulum dalam level kelas. Kurikulum bagaikan paru-paru
pendidikan, kalau baik paru-parunya baik pulalah tubuhnya.
Dan juga prestasi siswa memang tidak
hanya ditentukan oleh kemampuan mengajar guru semata. Kultur / budaya sekolah
yang oleh berbagai penelitian dipastikan ikut memegang peran penting.
Pendidikan berwawasan global dapat
dikaji berdasarkan dua perspektif: Kurikuler dan perspektif Reformasi
sebagai berikut :
a. Perspektif Kurikuler
Berdasarkan perspektif kurikuler,
pendidikan berwawasan global merupakan suatu proses pendidikan yang bertujuan
untuk mempersiapkan tenaga terdidik kelas menengah dan professional dengan
meningkatkan kemampuan individu dalam memahami masyarakatnya dalam kaitan
dengan kehidupan masyarakat dunia, dengan ciri-ciri:
a) mempelajari budaya, sosial,
politik dan ekonomi bangsa lain dengan titik berat memahami adanya saling
ketergantungan,
b) mempelajari berbagai cabang ilmu
pengetahuan untuk dipergunakan sesuai dengan kebutuhan lingkungan setempat,
c) mengembangkan berbagai
kemungkinan berbagai kemampuan dan keterampilan untut bekerjasama guna wujudkan
kehidupan masyarakat dunia yang lebih balk.
Oleh karena itu pendidikan berwawasan global akan
menekankan pembahasan materi yang mencakup :
1. Adanya saling ketergantungan
diantara masyarakat dunia,
2. Adanya perubahan yang akan terus
berlangsung dari waku ke waktu,
3. Adanya perbedaan kultur di antara
masyarakat atau kelompok-kelompok dalam masyarakat oleh karena itu perlu adanya
upaya untuk saling memahami budaya yang lain,
4. Adanya kenyataan bahwa kehidupan
dunia ini memiliki berbagai keterbatasan antara lain dalam ujud ketersediaan
barang-barang kebutuhan yang jarang, dan,
5. Untuk dapat memenuhi kebutuhan
yang jarang tersebut tidak mustahil menimbulkan konflik-konflik.
Berdasarkan perspektif kurikuler
ini, pengembangan pendidikan berwawasan global memiliki implikasi ke arah
perombakan kurikulum pendidikan. Mata pelajaran dan mata kuliah yang
dikembangkan tidak lagi bersifat monolitik melainkan lebih banyak yang bersifat
integratif. Dalam arti mata kuliah lebih ditekankan pada kajian yang bersifat
multidispliner, interdisipliner dan transdisipliner.
b. Perspektif Reformasi
Bendasarkan perspektif reformasi,
pendidikan berwawasan global merupakan suatu proses pendidikan yang dirancang
untuk mempersiapkan peserta didik dengan kemampuan dasar intelektual dan
tanggung jawab guna memasuki kehidupan yang bersifat sangat kompetitif dan
dengan derajat saling ketergantungan antar bangsa yang amat tinggi. Pendidikan
harus mengkaitkan proses pendidikan yang berlangsung di sekolah dengan
nilai-nilai yang selalu berubah di masyarakat global. Oleh karena itu sekolah
harus memiliki orientasi nilai, di mana masyarakat kita harus selalu dikaji
dalam kaitannya dengan masyarakat dunia.
VI. DAMPAK NEGATIF DAN POSITIF DARI PEMANFAATAN TIK
1. Dampak Positif Teknologi Informasi dan Komunikasi
di bidang pendidikan:
a. Informasi
yang dibutuhkan akan semakin cepat dan mudah di akses untuk kepentingan
pendidikan.
b. Inovasi
dalam pembelajaran semakin berkembang dengan adanya inovasi e-learning yang
semakin memudahkan proses pendidikan.
c. Kemajuan TIK
juga akan memungkinkan berkembangnya kelas virtual atau kelas yang berbasis
teleconference yang tidak mengharuskan sang pendidik dan peserta didik berada
dalam satu ruangan.
d. Sistem
administrasi pada sebuah lembaga pendidikan akan semakin mudah dan lancar
karena penerapan sistem TIK.
2. Dampak Negatif Teknologi Informasi dan Komunikasi
di bidang pendidikan:
a. Kemajuan TIK
juga akan semakin mempermudah terjadinya pelanggaran terhadap Hak Atas Kekayaan
Intelektual (HAKI) karena semakin mudahnya mengakses data menyebabkan orang
yang bersifat plagiatis akan melakukan kecurangan.
b. Walaupun
sistem administrasi suatu lembaga pendidikan bagaikan sebuah system tanpa
celah, akan tetapi jika terjadi suatu kecerobohan dalam menjalankan sistem
tersebut akan berakibat fatal.
c. Salah satu
dampak negatif televisi adalah melatih anak untuk berpikir pendek dan bertahan
berkonsentrasi dalam waktu yang singkat (short span of attention).
Menurut pendapat para pakar
informasi, dampak negative dari berbagai fasilitas komunikasi, termasuk
internet, sama sekali tidak dapat dipandang sebelah mata, karena dampak negatif
tersebut sangat mempengaruhi aktivitas penggunanya. Berikut ini contoh
kejahatan maupun tindakan amoral yang paling banyak ditemui sebagai dampak
negatif TIK, diantaranya: Pornografi, Tayangan berupa kekejaman dan kesadisan,
Penipuan, Carding, Perjudian dan Ketergantungan.
3. Dampak
negatif TIK diatas dapat dicegah dengan cara-cara berikut:
a. Menegakkan fungsi hukum yang
berlaku, misalnya pembentukan chiber task yang bertugas untuk menentukan
standar operasi pengendalian dalam penerapan teknologi informasi di instansi
pemerintah. Hal ini meliputi keamanan teknologi, system rekap data, serta
fungsi pusat penanganan bencana.
b. Menghindari penggunaan telepon
seluler berfitur canggih oleh anak-anak dibawah umur dan lebih mengawasi
pemakaian ponsel.
c. Televisi:
·
Mewaspadai
muatan pornografi, kekerasan, dan tayangan mistis.
·
Memperhatikan
batasan umur penonton pada film yang tengah ditayangkan.
·
Mengaktifkan
penggunaan fasilitas Parental Lock pada TV kabel dan satelit.
·
Menghindari
penempatan TV pribadi di dalam kamar.
4. Komputer dan internet:
·
Mewaspadai
muatan pornografi digital (online maupun offline).
·
Mewaspadai
kekerasan pada game.
·
Cek history
browser pada computer anak untuk melihat apa saja yang sudah dilihatnya.
·
Menggunakan
program filtering dan Parental Control.
·
Meletakkan
computer pada tempat yang dapat diawasi, hindari penempatan computer di dalam
kamar.
·
Jika
terpaksa meletakkan computer dalam kamar anak, jangan melengkapinya dengan
fasilitas internet.
5. Perbanyak buku yang bersifat
edukatif di rumah.
4. kendala dalam penerapan aplikasi teknologi
informasi itu sendiri. Diantaranya :
1. Kurangnya ketersediaan sumber
daya manusia
2. Kurang siapnya proses transformasi
teknologi
3. Belum memadainya infrastruktur telekomunikasi
4. Belum memadainya perangkat hukum
yang mengaturnya
5. Memerlukan biaya yang cukup tinggi
6. Belum meratanya jaringan di seluruh
Indonesia
VII.
KIAT-KIAT DALAM MENGHADAPI TANTANGAN KECENDERUNGAN GLOBAL DALAM
PEMENFAATAN TIK
UNTUK PENDIDIKAN BAGI GURU/PENGEJAR
-
Mengadakan
dan mengikuti kegiatan pelatihan computer ditempat a bekerja atau organsisasi
yang mewadahi mereka, seperti : KKG (Kelompok Kerja Guru), dan lain-lain.
-
Mengadakan
kegiatan in house training, artinya melakukan kegiatan evaluasi setelah
kegiatan pelatihan telah selesai dilakukan.
-
Tersedianya
fasilitas di sekolah dan masuk dalam sebuah system sekolah.
-
Berawal dari
pribadi guru sendiri ada atau tidaknya keinginan untuk meningkatkan atau
mengembangkan kemampuan diri (peningkatan SDM).
VIII. PENUTUP
Perkembangam teknologi informasi
Indonesia sangat dipengaruhi oleh kemampuan sumber daya manusia dalam memahami
komponen teknologi informasi, seperti perangkat keras dan perangkat lunak
komputer; sistem jaringan baik berupa LAN ataupun WAN dan sistem telekomunikasi
yang akan digunakan untuk mentransfer data. Kebutuhan akan tenaga yang berbasis
teknologi informasi masih terus meningkat; hal ini bisa terlihat dengan
banyaknya jenis pekerjaan yang memerlukan kemampuan di bidang teknologi
informasi di berbagai bidang; juga jumlah SDM berkemampuan di bidang teknologi
informasi masih sedikit, jika dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia.
Oleh karena itu, diperlukan suatu
kerangka teknologi informasi nasional yang akan mewujudkan masyarakat Indonesia
yang siap dan dapat menyediakan akses universal terhadap informasi kepada
masyarakat luas secara adil dan merata, meningkatkan koordinasi dan
pendayagunaan informasi secara optimal, meningkatkan efisiensi produktivitas,
meningkatkan kualitas dan kuantitas sumberdaya manusia, meningkatkan
pemanfaatan infrastruktur teknologi informasi, termasuk penerapan peraturan
perundang-undangan yang mendukungnya. Mendorong pertumbuhan duania pendidikan
dengan pemanfaatan dan pengembangan teknologi informasi.